Lulus SMP Mau Sekolah Ke Mana?


Setelah lulus SMP mau sekolah ke mana? UN SMP atau Ujian Nasional untuk kelas 9 baru saja berlalu. Kalian para peserta tinggal menunggu hasilnya  bagi orang tua yang mempunyai putra atau putrinya  saat ini baru mengikuti Ujian. Sebagai mana seharusnya kamu harus melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi apakah itu SMA atau SMK?  Jadi setelah lulus SMP ada dua pilihan untuk melanjutkan sekolah . Yang tentunya atas saran serta pembicaraan dengan orang tua. Orang tua siswa juga mungkin akan menyekolahkan putra putrinya atas kemauan anaknya juga.
Beda dengan zaman dulu di mana penerimaan siswa baru (PSB)  sekarang ganti nama jadi PPDB ( Penerimaan Peserta Didik Baru) kalau zaman dulu siswa lulus SMP dulu baru mendaftar ke SMA atau sederajat, tapi sekarang peserta didik belum lulus juga dari SMP banyak sekolah SMA dan SMK yang sudah mulai membuka penerimaan peserta didik baru terutama RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) dan SBI (Sekolah Berstandar Internasional) bukan bertarif Internasional lho. Mungkin karena sudah yakin pasti lulus kali. 
Dengan berbagai tawaran layaknya iklan perusahaan walau sekolah bukan perusahaan dengan spanduk atau baliho di pinggir jalan menghiasi sudut-sudut kota bertebaran baik untuk sekolah swasta maupun sekolah negeri dengan berbagai tawaran program yang disajikan layaknya  kampanye sebuah partai politik atau kampanye pilkada, serta calon anggota DPR. Maka di sini kalian harus pandai dalam memilih sekolah mana yang akan dimasuki jangan sampai menyesal nantinya karena setelah masuk sekolah tersebut ternyata  tidak sesuai dengan apa yang diharapkan kamu pasti harus nunggu sampai tiga tahun di sekolah tersebut.  Walaupun berniat pindah pasti susah karena yang namanya pindah sekolah tidak semudah pindah pacal eh..maksudnya ganti pacar.

Tips memilih sekolah.

  1. Usahakan yang dekat dengan tempat tinggal kamu, ini demi kelancaran karena kalau jauh dari rumah kamu akan lebih capai, bangun harus lebih pagi, apalagi di perkotaan yang selalu macet.
  2. Bila akan memilih RSBI atau SBI bicarakan dulu dengan orang tua karena menyangkut biaya yang agak mahal.
  3. Coba cek fasilitas RSBI yang ditawarkan apakah sudah sesuai dengan yang ada di Brosur atau spanduk. Misalnya di brosur disebutkan  tersedia hot-spot area. Bagai mana cara ngeceknya? Kamu datangi sekolah tersebut bersama orang tua, kakak atau teman-teman permisi bilang sama satpam mau lihat lokasi sebut saja kamu sebagai calon pendaftar maka dengan senang hati satpam akan mempersilakan kamu. Kamu coba dengan netbook atau gadget lain yang ada fasilitas wi-fi nya conect tidak hot-spotnya.
  4. Tanyakan keadaan sekolah tersebut kepada kaka kelas, atau alumni sekolah tersebut keadaannya. Apakah program programnya berjalan baik? Termasuk fasilitas yang tersedia? Jangan nanya sama guru atau panitia PPDB karena mereka pasti bilang bagus (semua perusahaan kecap akan mengaku sebagai no satu).
  5. Bandingkan dengan sekolah lain karena untuk ukuran baik atau kurang baik itu harus ada pembanding. 

Jadi tidak sembarangan memilih sekolah sama halnya dengan memilih bimbingan belajar bagi anak-anak SMA yang menghadapi SNMPTN tertulis bila mereka tidak diterima di SNMPTN Undangan 

Read more: http://www.gurubelajar.com/2012/05/lulus-smp-mau-sekolah-kemana.html#ixzz1vDEURvqO

Hasil UN Jangan Dipaksa Lulus 100 Persen

Tanggal : 04/09/2012, 05:26:27, dibaca 130 kali.


MAKASSAR, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh menegaskan, semua pihak hendaknya tidak memaksakan memperoleh hasil Ujian Nasional (UN) lulus 100 persen.
Menurutnya, UN akan lebih baik jika dilaksanakan jujur dan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Sudah menjadi rahasia umum, sebagai hajat tahunan, UN seringkali dijadikan "alat" untuk mencerminkan prestasi politik. Khususnya politik pemerintah di daerah (Pemda).
"Memasang target boleh saja, tapi jangan dipaksa lulus 100 persen. Jangan sampai Pemda menghalalkan segala cara, dan UN harus dilaksanakan sesuai dengan aturan agar kualitasnya bisa dipertanggungjawabkan," kata Nuh, Minggu (8/4/2012), di Makassar.
Berkaca dari tahun lalu, hasil kelulusan UN telah mencapai di atas 95 persen. Baginya, hasil itu merupakan prestasi bersama dan tidak perlu dipaksakan mencapai hasil 100 persen.
"Saat ini target kelulusan bukan yang utama, karena hasilnya sudah cukup baik. Biarkan pelaksanaan UN berjalan alami," ujarnya.
Pernyataan serupa juga dilontarkan Pembantu Rektor I Universitas Haluoleo (Purek I Unhalu), La Sara. Ditemui sehari sebelumnya di Unhalu, Kendari, La Sara mengatakan, target 100 persen untuk kelulusan UN merupakan ancaman bagi kredibilitas UN.
Menurutnya, target 100 persen yang dipasang akan memicu Pemda melakukan intervensi pada pelaksanaan dan hasil UN tersebut.
Ia beralasan, hasil kelulusan UN sering digunakan sebagai prestasi pemerintahan. Jika tidak tercapai, maka akan berdampak pada perolehan suara di pemilihan selanjutnya.
Sekaligus di dalamnya ada ancaman dimutasikannya guru-guru yang dinilai tidak berhasil meluluskan siswanya di suatu sekolah.
"Jangan usahakan siswa lulus 100 persen. Itu jelas intervensi. Semua sekolah selama masih ada di bawah kepala daerah pasti akan sulit independen. Kita bicara peningkatan mutu, tapi ada orang yang terancam hidupnya," kata La Sara. Sumber berita www.edukasi.kompas.com, Publisher: Nurjolis
KEBIJAKAN UN TIDAK BERUBAH
Meski menjadi perdebatan banyak pihak, kebijakan mengenai ujian nasional (UN) tahun 2012 tidak akan berubah. Kepala Balitbang Kemdiknas, Khairil Anwar menyatakan, kebijakan UN tidak akan berubah dan belum ada arahan dari Mendiknas untuk melakukan perubahan kebijakan UN."Kebijakan UN sebagai penentu kelulusan tidak akan berubah dengan porsi 60:40, namun secara teknis akan terus disempurnakan dan juga akan kita kaji mengenai tingkat kesulitan soal, distribusi dan pengamanannya," kata Khairil, di Jakarta, Jumat (KOMPAS.com, 23/9/2011).